Pencobaan-Pencobaan

Tuhan tahu menyelamatkan orang-orang saleh dari pencobaan. 2 Petrus 2:9

 Untuk masuk ke dalam pencobaan harus terdapat 2 hal ini:

Pertama, ada peluang / keadaan khusus yang menguntungkan Iblis untuk menyerang kita dengan kekuatan yang lebih besar dari kekuatannya yang biasanya. Ia mengambil keuntungan dari hawa nafsu / kebobrokan kita dengan dorongan yang lebih kuat dari biasanya.

Kedua, hati kita harus sudah cukup terjerat di dalam godaan sehingga kita tidak lagi sanggup sepenuhnya menolak / mengeluarkan racun yang sudah disuntikkan. Jiwa tak menyangka akan begitu sulit untuk melepaskan jerat tersebut. Jiwa mungkin menangis dna berdoa, tetapi jerat itu tetap melilit.

 Masuk ke dalam pencobaan terjadi dalam salah satu situasi ini:

  1. Apabila Allah mengizinkan Iblis, demi hasil akhir yang paling diketahui oleh-Nya sendiri, untuk mengambil keuntungan tertentu melawan jiwa; seperti dalam kasus Petrus, Iblis berupaya menampi dia seperti menampi gandum, dan usahanya berhasil.
  2. Ketika nafsu dan kebobrokan manusia berjumpa dengan objek / peluang tertenu yang memprovokasi sepanjang perjalanan hidup, seperti yang terjadi pada Raja Daud.

Bila seseorang memasuki salah satu dari situasi ini, dia telah jatuh ke dalam pencobaan. Saat pencobaan adalah saat ketika pencobaan telah tiba pada titik kulminasinya, situasi yang berkembang mencapai kekuatan puncaknya, yaitu saat yang paling bersemangat, aktif, dan menguasai. Mungkin perlu waktu untuk sampai pada titik ini, tetapi dengan tersedianya keadaan yang tepat, pencobaan tiba pada saat paling berbahaya. Ketika manusia telah memasuki tahap ini, ia sudah terbawa cukup jauh. Pada kesempatan lain, kekuatan pencobaan hanya kecil sehingga dapat diabaikan, dan mudah dilawan.

Ada kalanya pencobaan ditunjang oleh situasi dan peristiwa lain yang memberi pencobaan kekuatan dan keefektifan baru. Orang tersebut menjadi lemah, saatnya telah tiba, ia telah berada di dalam pencobaan, maka pencobaan pun berhasil. Berbahagialah orang yang berjaga-jaga terhadap situasi demikian. Jangan berharap untuk terluput tanpa persiapan / kewaspadaan. Jika kita menjaga kesiagaan kita, kita aman.

 John Owen (1616– 1683), Works, VI:98-99

Disadur dari buku: Richard Rushing – Voices from the past