Ciptaan Baru

2 Korintus 5:15-19

Janji Tuhan bahwa ciptaan baru akan dinyatakan dengan sempurna merupakan janji sejak awal kitab suci ditulis karena dari awal Tuhan menjanjikan keturunan perempuan akan menghancurkan kepala ular. Tuhan juga berjanji kepada Abraham bahwa keturunannya akan menjadi berkat bagi banyak kaum. Seluruh ciptaan akan dibawa kepada kesempurnaan. Seorang teolog Amerika bernama Nicholas Wolterstorff mengatakan ada dua versi shalom (damai sejahtera) yaitu shalom yang palsu dan shalom yang sejati. Di dalam Yesaya 24-27 ada perkataan, “Puji Tuhan, Tuhan akan pulihkan segala sesuatu.” Namun Yesaya berkata, “ Merana aku karena banyak orang tetap menggarong. Aku kurus dan hampir mati karena kejahatan begitu banyak.” Berarti orang yang berkata Puji Tuhan sudah pulihkan itu salah waktu karena damai sejahtera yang Tuhan janjikan ternyata belum tiba. Manusia perlu damai sejahtera tetapi mengejar damai sejatera yang palsu. Kita sadar banyak yang tidak sempurna di dunia ini. Kita sudah terbiasa berpikir bahwa sesuatu yang ideal itu hanya khayalan dan yang riil itu tidak sempurna. Keinginan untuk mendapatkan kesempurnaan itulah yang mendorong kita melakukan lebih baik. Teknologi adalah bukti manusia ingin masuk ke dalam bentuk ideal meskipun manusia tidak mengerti bagaimana membawa yang ideal itu ke dalam riil. Kalau manusia pasti akan mati juga, mengapa dokter tetap mau menyembuhkan orang yang sakit dan sudah tua? Kita mengerjakan hal itu karena kita ingin membawa yang ideal ke sini. Namun kita tidak pernah yakin yang ideal itu bisa menjadi riil, tetapi orang Kristen yakin hal itu bisa terjadi karena yang ideal bagi orang Kristen adalah rencana Tuhan menyempurnakan ciptaan-Nya. Tuhan tidak menciptakan ciptaan yang akan hancur, melainkan ciptaan yang akan disempurnakan.

Manusia membawa yang ideal ke realitas walaupun manusia tidak tahu itu adalah rencana Tuhan. Ini adalah respons manusia sebagai gambar Allah. Meskipun mereka tidak percaya Tuhan tetapi mereka tetap mengejar yang ideal di hidup mereka karena di dalam hati manusia selalu ingin hidup yang lebih baik. Menurut saya orang yang percaya teologi sukses bukan salah di dalam pengharapan tetapi salah di dalam timing. Memang Tuhan menjanjikan damai sejahtera. Tuhan berjanji tanah yang berlimpah susu dan madunya kepada bangsa Israel ketika mereka disuruh keluar dari Mesir. Namun janji Tuhan itu bukan untuk di padang gurun melainkan di Kanaan. Maka ketika bangsa Israel bersungut-sungut, Tuhan menghukum mereka. Hal ini sama seperti ketika mahasiswa baru mendapatkan jawaban bahwa di universitas tersebut ada wisuda, dia meminta untuk diwisuda saat itu juga. Tentu saja tidak mungkin karena belum waktunya. Lalu mahasiswa tersebut berkata bahwa universitas tersebut berbohong. Oleh sebab itu kita harus mengerti Alkitab di dalam pengertian yang utuh supaya tidak salah mengerti rencana Tuhan, salah berharap, dan serba salah.

Shalom yang akan diberikan Tuhan nanti, tidak boleh kita tuntut sekarang. Kita juga tidak boleh menuntut cara damai yang salah, misalnya ada orang mengatakan damai sejahtera adalah kita saling toleransi segala hal, termasuk pernikahan sejenis. Damai palsu ada dua bentuk yaitu damai dari Tuhan yang dituntut sekarang dan damai yang benar-benar bukan dari Tuhan. Wolterstorff mengatakan shalom yang Tuhan tetapkan ada di semua bidang, yaitu di politik, pendidikan, gereja, keluarga. Kita harus berjuang di bidang yang Tuhan percayakan kepada kita.  Perlu ada orang yang mengatakan, “Saya perlu shalom Tuhan terjadi di dalam bidang ini, maka saya berjuang.” Itulah panggilan mandat budaya. Kita bukan dipanggil hanya untuk mencari kerja lalu menghidupi diri sendiri, tetapi kita dipanggil berjuang untuk shalom Tuhan di bidang tersebut. Namun kita tidak sanggup melakukan itu karena kita terlalu lemah. Kitab suci mengajarkan bahwa kita mengandalkan Tuhan yang akan membuat semuanya menjadi baru, seperti yang tertulis di kitab Wahyu.

Kita jangan menjadi orang Kristen yang hanya memikirkan setelah mati akan ke mana. Saudara boleh mengamini bahwa setelah mati ke surga tetapi jangan lupa untuk keselamatan itu ada banyak hal yang Tuhan mau tuju. Kita sering hanya membaca Efesus 2:8-9 dan lupa ayat 10 yaitu diselamatkan untuk melakukan pekerjaan baik. Ini seperti misalnya anda pemilik sebuah perusahaan menerima seorang pemuda gereja anda yang baru lulus kuliah. Anda berkata bahwa tidak ada yang akan membatalkan penerimaan dia dan menyuruhnya mulai bekerja besok. Namun dia bertanya untuk apa datang ke kantor anda karena dia sudah pasti diterima dan tidak mungkin dibatalkan. Kadang-kadang kita seperti ini kepada Tuhan. Kita sudah yakin diselamatkan dan tidak mungkin direbut dari tangan Tuhan, maka kita bertanya untuk apa lagi berbuat baik. Hal ini salah karena Efesus 2:10 mengatakan kita diselamatkan untuk melakukan pekerjaan baik.

Kita sering mengurung Tuhan di wilayah gereja. Kita kira cukup dengan hanya melakukan pelayanan di gereja. Damai sejahtera Tuhan seharusnya memenuhi seluruh bumi. Itu sebabnya kita harus bergumul bagian yang Tuhan percayakan kepada kita dan melakukannya sebaik mungkin, baik di gereja maupun masyarakat, karena Tuhan berjanji akan pulihkan segala sesuatu. Mungkin kita bertanya kenapa negara kita kurang adil, maka kita doakanlah supaya orang yang dipanggil untuk memperjuangkan keadilan bisa bertindak. Kita sama-sama perjuangkan supaya shalom Tuhan ada di bidang tersebut. Ini tugas kita tetapi kita sadar kita tidak sanggup karena sepertinya dunia ini makin lama makin rusak. Kita mungkin akan putus asa. Namun ketika kita baca kitab suci, kita haru mengerti ada satu konsep yang sangat penting yang dikemukakan oleh Patrick Miller, ahli Perjanjian Lama. Dia mengatakan bahwa di dalam kitab Yesaya, Yeremia, dan Yehezkiel ada konsep creatio ex vetere (penciptaan dari keadaan tua). Sudah tua dan mau hancur, justru Tuhan siapkan yang baru. Pola seperti ini sering terjadi di kitab suci, misalnya dalam pola penciptaan Tuhan menjadikan yang terang dari gelap, yang teratur dari kacau balau. Bumi masih kosong tetapi Tuhan kemudian menjadikan semuanya limpah. Pesan dari bagian ini adalah Tuhan menjadikan hal yang spektakuler dari keadaan yang kacau. Tuhan memulihkan Israel dengan cara yang di luar dugaan karena Tuhan menjanjikan sesuatu yang akan memulihkan Israel lebih limpah dari zaman yang paling indah dari Israel.

Tuhan menjajikan Israel menjadi umat Tuhan yang akan menyatakan kemuliaan Tuhan bagi bangsa-bangsa. Tetapi ternyata di periode setelah Salomo, raja-raja Israel dan Yehuda mengabaikan Tuhan dan menyembah berhala sehingga Tuhan membuang mereka. Di dalam keadaan pembuangan inilah Tuhan memberikan janji pemulihan yang melampaui keadaan Israel sebelumnya. Tuhan berkata melalui Yesaya bahwa nanti akan ada saat Tuhan pulihkan Israel. Akan tidak ada orang yang akan kena penyakit, mati karena tua, dan kalau sampai meninggal di usia tua akan dianggap seperti kena kutuk. Bahasa ini penuh dengan makna simbolik (tidak literal), tetapi maknanya tidak membuat kita salah mengerti. Selanjutnya juga dikatakan bahwa sapi akan berbaring dengan singa, serigala akan berbaring dengan domba, anak-anak kecil akan meletakkan tangan disarang ular beracun dan bermain-main dengan ular. Pertanyaannya, periode kapankah keadaan ini terjadi? Apakah di periode Salomo? Apakah pernah tercatat Salomo berkata kepada singa dan sapi bahwa dialah raja Israel yang damai yang mendamaikan singa dan sapi? Atau dia memanggil serigala dan domba dan memintanya untuk berdamai? Ini tidak pernah terjadi dalam zaman Salomo. Jadi apa yang sebenarnya dimaksud Yesaya? Maksud Yesaya adalah meskipun Israel saat itu sedang dibuang, Tuhan akan memulihkan Israel sampai melampaui keadaan sebelumnya. Bukan pemulihan kembali ke periode emas. Semua orang ingin periode emasnya berulang. Kita ingin kembali ke masa kejayaan kita, masa muda kita. Tetapi Alkitab tidak mengajarkan kita untuk bernostalgia ke masa lalu. Alkitab mengajarkan kita untuk mengharapkan eskatologi ketika Tuhan menyempurnakan semuanya. Bahkan sebaliknya kitab Pengkotbah mengajarkan bahwa orang yang melihat dan mendamba-dambakan masa lalu adalah orang yang bodoh. Tetapi inilah yang selalu dipikirkan bangsa Israel. Mereka ditindas dalam pembuangan di Babel, sehingga mereka ingin kembali ke zaman dimana Bati Suci masih ada dan raja yang bijak masih memerintah. Tetapi Tuhan menegur mereka untuk melihat kedepan, kepada keadaan yang dipulihkan menjadi jauh lebih indah dari sebelumnya, dimana singa dan sapi, serigala dan domba, anak kecil dan ular beludak bisa berdamai. Akan ada masa dimana tidak ada yang membenci satu sama lain. Memang masih akan ada penghakiman dan murka Tuhan, tetapi Tuhan menjanjikan semua damai sejahtera yang Tuhan rancang sejak semula akan diberikan. Tuhan mengajar kita untuk tidak mengidam-idamkan taman Eden, karena keadaan nanti akan jauh lebih bagus dari zaman manapun.

Apakah itu mungkin? Mungkin kita merasa bahwa perkembangan teknologi seperti artificial inteligence dan kemajuan medis akan membuat kehidupan manusia lebih baik dan aman. Tetapi jika kita mempelajari science, alam semesta ini diprediksi akan masuk ke keadaan yang makin dingin dan mengkerut, dan akhirnya tatanan hidup akan rusak total. Inilah adalah sebuah ironi, bahwa science yang menjadi fondasi bagi teknologi dan membuat hidup kita lebih baik juga adalah fondasi bagi pengetahuan bahwa alam semesta tidak akan bertahan selama-lamanya. Science bisa membuat selimut yang hangat bagi kita, tetapi juga memberi tahu kita bahwa itu sia-sia karena semuanya akan rusak. Lalu mengapa kita masih harus berjuang? Bukankah semua akan menjadi sia-sia? Karena Alkitab berkata bahwa Tuhan seringkali bekerja secara creatio ex vetere: ketika keadaan makin buruk, justru berkat yang paling limpah siap Tuhan janjikan. Shalom Tuhan yang paling indah justru Tuhan berikan di dalam keadaan yang paling jelek. Keadaan yang paling jelek dalam Alkitab adalah ketika Yesus disalibkan. Pribadi kedua Allah Tritunggal tergantung mati di kayu salib, seakan cinta dan anugerah Tuhan tidak terlihat sama sekali. Allah Bapa memalingkan wajah-Nya dan Allah Anak mengatakan “Allah-Ku – Allah-Ku, mengapa engkau meninggalkan Aku?” Tetapi apa yang terjadi? Tiga hari kemudian Kristus bangkit dan ciptaan baru dimulai. Ini mengajarkan bagi setiap orang percaya untuk berteguh iman dalam keadaan seberat apapun, karena keadaan yang begitu kelam seperti penyaliban pun bisa dipakai Allah untuk membuka jalan bagi ciptaan baru. Itu sebabnya Rasul Paulus berkata di 2 Korintus 5:17: “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru”, karena kebangkitan Kristus telah mengkonfirmasinya. Kristus yang pertama bangkit di antara orang mati, dan nanti akan ada banyak kebangkitan menyusul karena ciptaan baru telah dimulai. Kekristenan memiliki pengharapan yang sangat kuat: segala sesuatu yang jelek, menakutkan, dan mengerikan akan berakhir dan tidak ada lagi, sehingga perjuangan kita di tengah kesusahan tidak akan sia-sia. Paulus sangat mengasihi jemaat Korintus, tapi justru jemaat Korintus meragukan kerasulan Paulus. Ini membawa kekecewaan yang begitu besar bagi Paulus. Namun di saat inilah Paulus bersaksi bahwa kebangkitan Kristus telah menguatkan dirinya yang hanyalah bejana tanah liat yang mudah hancur. Pengalaman Paulus ini mengajarkan bahwa cerita super hero dari dunia barat tidak boleh dibawa masuk ke gereja. Pelayan-pelayan Tuhan bukan orang yang super, tetapi adalah bejana yang dipakai Tuhan dengan pengharapan dalam kebangkitan-Nya. Kalau kita lemah, kita tidak putus asa karena yang kita andalkan adalah Kristus yang bangkit. Kita akan terus mengerjakan bagian kita bukan karena kita sanggup, tetapi karena Kristus sudah bangkit. Gereja Tuhan bisa salah mengerti konsep salib, karena kita ingin mencari kemuliaan diri. Marilah kita pikirkan kebangkitan Kristus sebagai fondasi kekuatan kita. Kebangkitan Kristus adalah kepastian bahwa ciptaan baru telah dimulai dan akan dituntaskan, sehingga kita tidak perlu takut dan khawatir untuk mengikut Tuhan dan menyerahkan hidup kita dengan segala kelemahan kita. Tuhan bisa dan akan memakai kita bukan karena kekuatan kita tapi karena kebangkitan Kristus. Inilah makna yang begitu penting dalam kebangkitan Kristus. Kiranya Tuhan memakai kita untuk menjadi bejana tanah liat seperti Paulus untuk mengerjakan apa yang Tuhan mau untuk ciptaan baru-Nya.