CARA & JALAN TUHAN

Jalan TUHAN adalah perlindungan bagi orang yang tulus, tetapi kebinasaan bagi orang yang berbuat jahat. Ams. 10:29

Cara dan jalan Allah adalah jalan kebenaran-keadilan, berkat, dan membawa berkat jasmaniah, rohaniah dan abadi bagi semua orang yang menempuh jalan ini. Cara dan jalan Allah memimpin kita masuk ke dalam kebenaran-keadilan, kepada kasih dan kesukaan dan juga pelaksanaannya sehari-hari. Sebaliknya, jalan kecemaran, kecongkakan, kemunafikan, formalitas, dan kemurtadan, semua ini bukanlah cara dan jalan Allah. Ini adalah cara dan jalan dari ketidakbenaran, yang terkutuk, dan semua ini tidak menghasilkan apa-apa selain kutukan-kutukan dan beban-beban salib bagi semua orang yang berjalan mengikutinya. Mereka yang berjalan mengikuti jalan ini tidaklah pernah aman, melainkan selalu berisiko terkena sambaran murka ilahi.

Akan tetapi, semua jalan Allah adalah jalan yang menyegarkan jiwa. Oh, semua jalan Allah memberikan penyegaran dan keindahan yang limpah! Jika jiwa manusia sedang letih & lesu, jalan Tuhan akan menyegarkannya; jika ia sekarat dan suram, jalan Tuhan akan membangkitkannya; jika ia sedang lemah, jalan Tuhan akan menghibur dia.

Jalan dan cara Allah melampaui pemahaman akal manusia. Jalan dan cara ini mengungguli semua yang lain. Apalah artinya kegelapan bagi sinar terang? Apalah butiran pasir dibandingkan dengan mutiara-mutiara? Apalah nilainya karat dibandingkan dengan emas murni? ”Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku… Seperti tingginya langit dan bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu.” Yes. 55:8-9.

Jalan Allah adalah jalan penderitaan, jalan yang disalahpahami, dan jalan penganiayaan. Karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan. Mat. 7:14. Artinya, jalan ini dirundung penderitaan – jalan ini menjadi sesak dan sempit oleh kesusahan, kesesakan, dan penganiayaan. Namun jalan Allah adalah jalan yang mengokohkan jiwa. Jalan ini menegaskan kemurnian hati orang yang berjalan mengikutinya, dan orang benar menjadi kuat: kuat menahan godaan, kuat mengatasi kebobrokan, kuat untuk bersukacita di bawah kesesakan, kuat untuk melaksanakan kewajiban yang paling sorgawi, dan kuat untuk meningkatkan belas kasih yang paling rohaniah.

Thomas Brooks (1608-1680),  Works, VI: 342-343

Disadur dari buku: Richard Rushing – Voices from the past