Aspek Kedaulatan dan Dinamika Karya Allah

Lukas 2:1-7

Kita akan memikirkan hal-hal bagaimana Yesus datang dan menderita. Setiap tahun di bulan Desember kita sudah biasa membaca cerita kelahiran Yesus. Termasuk hari ini kita membaca perikop Natal. Tentu ada hal-hal baru yang segar yang kita bisa dapat dari firman Tuhan. Kita tahu firman Tuhan begitu limpah. Tidak akan kering kalau kita gali. Tidak akan pernah selesai kalau kita pelajari. Maka kita masuk ke dalam kedaulatan dan dinamika itu seperti apa. Apakah setiap detail Natal (jumlah domba yang datang, baju yang dipakaikan ke Yesus, jumlah jerami di palungan, dll.) ditetapkan oleh Allah atau tidak? Kalau Tuhan menentukan semuanya, maka kenapa Lukas mencatat seperti ada anomali tidak lancar dalam narasi? Maria dan Yusuf bisa terkejut terhadap sesuatu hal, seperti tidak terantisipasi. Kalau tidak ditentukan semuanya, lalu kenapa di dalam PL telah mencatat mengenai detail waktu? Umumnya kita yang berpikir dengan konsep either-or akan terkunci pikirannya. Kita ingat cerita murid-murid yang bertanya mengenai orang buta, apakah salah dia atau salah orangtuanya. Yesus menjawab bukan anak dan bukan orangtua serta bukan mengenai dosa tetapi tentang kemuliaan Allah. Berarti ada aspek yang melampaui pikiran manusia. Ketika kita dibenturkan dengan dua hal itu, Allah tetapkan dan spontanitas karya Allah, bagaimana kita menyatukannya.

Hal yang berlangsung pada Natal juga mengiringi waktu dan hidup kita. Pertama, kita bahas kedaulatan Allah. Dalam teologi reformed kita mengetahui yang namanya pakta keselamatan: Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus saling berjanji di dalam kekekalan. Allah Bapa memilih orang-orang tertentu untuk keselamatan. Allah Anak datang untuk menyelamatkan orang-orang yang dipilih Allah Bapa. Allah Roh Kudus menerapkan apa yang Allah Anak sudah kerjakan di atas kayu salib untuk diberikan kepada orang-orang yang dipilih Allah Bapa di dalam kekekalan. Hal tersebut konsisten dan sinkron. Allah Bapa tidak datang ke dunia. Hanya Yesus yang lahir ke dunia untuk menderita. Setelah Allah Anak naik ke surga, bersama dengan Allah Bapa mengutus Roh Kudus. Pada Pentakosta Roh Kudus datang sekali dan seterusnya untuk mengiringi gereja Tuhan sampai pada kesudahan zaman. Dari poin pertama kita tahu bahwa kelahiran Yesus Kristus, Pribadi kedua dari Allah Tritunggal, sudah ditetapkan oleh Allah. Allah menetapkan Yesus harus lahir dan mati. Poin kedua kita lihat dari Gal. 4:4. Ini membawa kita merefleksikan seseorang yang lahir dari perempuan di dalam kitab Yesaya dan kitab Kejadian serta takluk kepada hukum taurat. Dikatakan sudah genap waktunya berarti sudah tiba waktunya karena sudah direncanakan sebelumnya. Takluk di bawah hukum Musa berarti Yesus akan lahir sebagai bangsa Yahudi. Secara spesifik Anak Allah memakai hereditas bangsa Israel untuk menjadi kultur di mana Dia akan dilahirkan. Selanjutnya Roma 1:2-3 membawa lebih jauh lagi. Yesus mengikuti silsilah keturunan Daud, raja orang Israel. Yesus yang berinkarnasi adalah dari garis keturunan orang Israel, suku Yehuda, keturunan Daud. Yesus akan mengambil hereditas dari Daud. Di dalam injil Matius dan Lukas ditarik silsilah Yesus adalah Anak Daud, Anak Abraham. Poin ketiga dari 1 Kor. 15:3-4 kita melihat hal tersebut sudah dinubuatkan di PL. Bukan sesuatu yang mendadak. Maka sesuai kitab suci, Kristus akan mati karena dosa-dosa kita, dikuburkan, dan akan bangkit pada hari ketiga. Secara eksplisit kematian, penguburan, dan kebangkitan Yesus sudah secara jelas dinubuatkan dalam PL. Secara implisit berarti berkaitan dengan kelahiran. Kita lihat dari tiga penjelasan ini bahwa kedaulatan Allah sudah menetapkan peristiwa Natal. Natal adalah titik kontak pertama Allah akan mengeksekusikan seluruh proyek keselamatan manusia.

Bagaimana dengan aspek dinamika? Aspek dinamika adalah sesuatu yang harus kita mengerti karena berkaitan dengan pimpinan Tuhan dalam kehidupan kita. Dalam Luk. 1:26 diceritakan Maria tiba-tiba dikunjungi malaikat Gabriel. Setelah genap waktunya Tuhan, maka Maria mau tidak mau pasti terjadi. Tuhan bertindak dan manusia harus taat. Maria mengatakan bahwa dia adalah hamba Tuhan. Dia taat saja tetapi belum mengerti tuntas. Tuhan sudah menetapkan maka dia harus jalankan. Dalam ayat yang kita baca tadi ada dikatakan mengenai sensus. Kalau ada sensus maka Maria dan Yusuf harus melakukan perjalanan jauh ke kota asalnya dalam keadaan Maria hamil tua. Itu akan sangat merepotkan. Tetapi Maria tidak memprotes. Orang normal tidak akan mau melahirkan tanpa merencanakan rumah sakit, dsb. Demikian juga dengan Maria. Kalau tidak ada paksaan demikian, pasti Maria tidak akan mau melahirkan di Betlehem. Hal ini terjadi dengan sangat spontan. Itu adalah hal yang tidak dimengerti, tetapi itulah yang tercatat di dalam injil Lukas. Setelah sensus selesai, tiba-tiba Maria mules. Mereka tidak sempat kembali ke Nazaret untuk melahirkan. Jarak Betlehem dan Nazaret adalah sekitar 145 km atau sekitar 4-7 hari perjalanan. Sekitar 7 hari perjalanan untuk tiba dari Nazareth ke Betlehem. Itu seperti Tuhan mau istri kita yang di Jakarta melahirkan di Sorong Papua, tidak naik pesawat tapi naik kapal cargo yang lama perjalanannya bisa 2 minggu sampai 1 bulan. Sudah pasti akan lahir di atas kapal, ini mau apa Tuhan? Sudah diminta untuk melahirkan anak Allah, jauh-jauh ke Betlehem dan juga tidak diberi fasilitas lahir di sana. Kenapa tidak ada tempat? Ini anak Allah kok tidak ada tempat. Bisa juga karena peak season karena ada sensus, mungkin saja. Harusnya dipikirkan, karena proyeknya Tuhan. Tuhan bertanggung jawab dan Tuhan siapkan semuanya. Tuhan saya mau KKR, mau humas maka jalanan lurus 120 km/h toll, semua sampai kepala sekolah tersenyum menyambut kami. Anak – anak berbaris rapi, buka alkitab dan kami khotbah lalu 90% percaya, 30% menjadi hamba Tuhan. Begitu? Tidak. Kalau begitu apa bukan pekerjaan Tuhan? Tidak juga. Pekerjaan Tuhan yang disertai maka hal-hal yang dinamis dan tidak bisa dimengerti konteks Maria (termasuk kita). Bagaimana bisa Tuhan yang punya proyek bikin susah kita? Ini Tuhan mau kerja atau tidak? Betul tidak Tuhan bekerja seperti yang kita pikir? Sebenarnya Tuhan lebih bermaksud membentuk kita daripada menyukseskan proyek tertentu. Banyak event dalam gerakan yang kalau kita pikir betul Tuhan bekerja, kita pikir A sampai Z ternyata banyak lubang yang kita tidak pikirkan Tuhan siapkan. Pdt. Stephen Tong berkata, “Saya melihat Tuhan bekerja daripada saya sudah bekerja untuk Tuhan.”

Maria tidak protes. Dia simpan dalam hati. Maria mungkin tidak bisa mengerti sepenuhnya pada waktu itu. Dalam nyanyian Maria (magnificat) menunjukkan Maria optimis, tetapi apakah Maria yang optimis itu mengerti sepenuhnya kesulitan – kesulitan yang dihadapi? Tidak. Malah gembala-gembala lusuh yang datang memberi salam dan tidak membawa apa-apa. Tuhan pakai simbol kesederhanaan (karakter gembala) yang juga sering dipakai di PL untuk menggambarkan Tuhan yang memimpin dan memelihara. Gembala menyampaikan salam, berita sukacita. Malaikat yang memberi tahu. Maria tidak habis pikir tetapi dia simpan perkara itu dalam hatinya dan merenungkannya, maka bayi itu dibawa ke Betlehem untuk disunat. Lalu ada orangtua ambil bayi itu dan menengadah ke atas sambil berkata, “Tuhan, biarlah hamba-Mu ini pergi dengan damai sejahtera. Karena seperti firman-Mu, mataku sudah melihat keselamatan yang dari pada-Mu.” Kenapa orangtua ini bisa berkata demikian? Tentu Maria tidak mengerti, tetapi ada sesuatu yang khusus seperti Gabriel sudah menubuatkan dan itu merujuk kepada suatu puzzle baru dalam hidupnya. Orangtua itu juga berkata “Anak itu akan menimbulkan perbantahan, ia seperti pedang yang akan menusuk hatimu.” Tapi Maria simpan dalam hati. Dinamika itu belum terlihat jelas tetapi terus bergulir. Juga ada dicatat nenek tua yang menjanda 84 tahun, berarti dia sudah tua dan dia mengatakan bahwa Yesus adalah kelepasan yang dinanti-nantikan oleh orang Yerusalem dan semua orang. Semua itu berjalan begitu cepat dan banyak hal tidak dimengerti. Belum lagi dinamika dinamika yang muncul tiba – tiba tidak terantisipasi oleh Maria. Bagaimana bisa orang Majus dari Timur yang berkulit gelap dan bukan Yahudi datang, bahkan juga dikatakan raja mau membunuh bayi ini, lalu harus pindah ke Mesir lagi, pindah kembali ke Nazareth lagi untuk dibesarkan? Mengapa pindah – pindah terus? Maka di sini kita lihat ada kedaulatan Allah, Allah sudah menetapkan apa yang akan terjadi itu terjadi. Di sisi lain ada dinamika karya Allah, Allah sepertinya bekerja tiba – tiba melampaui perencanaan manusia, termasuk juga dalam peristiwa Natal ini. Apa yang ditetapkan Allah dan aspek dinamika Allah itu berjalan beriringan, Tuhan tidak pernah terkejut dengan rencana-Nya, tetapi kita yang menjalaninya yang terkejut – terkejut. Jadi supaya tidak terkejut, kita pegang tangan Tuhan yang tidak pernah terkejut itu.

Apakah dinamika karya Allah sama dengan kontingensi? Apakah dinamika karya Allah itu begitu fluid, asal – asalan, arbitrary, suka–suka Tuhan? Tidak, dinamika berbeda dengan kontingensi. Apa yang membedakan dinamika adalah kontingensi itu sesuatu yang terjadi di dunia ini boleh ada boleh tidak. Bedanya apa? Dinamika karya Allah itu harus terjadi, tidak boleh asal – asalan. Kontingensi seperti ini, apakah kita mempersoalkan siapa yang sapu di depan Madukoro? Kita kenal tidak kenal, kita tidak peduli siapapun yang sapu yang membersihkan. Yang penting bersih. Tetapi dinamika itu adalah sesuatu yang harus terjadi dan tidak asal–asalan. Misalkan Yesus harus dilahirkan di Betlehem, berarti harus Betlehem. Sehingga Allah atur sedemikian rupa melalui sensus Kaisar Agustus hingga Maria dan Yusuf harus tiba di Betlehem. Sehingga kita melihat apa yang ditetapkan Allah, dinamika karya Allah itu berjalan beriringan dan tidak berbenturan. Hal ini juga ketika kita melalui suatu proses hidup, kita melihat lagi hidup kita yang lampau. Kenapa saya gagal bisnis, kenapa tidak naik kelas, dan hal – hal   yang  positif   juga   (  promosi kesempatan kerja). Kita tidak bisa lagi menghapus hal-hal itu karena itu sudah tercatat, dan itu seperti ditetapkan. Dan juga di sisi lain itu juga suatu dinamika yang Tuhan pimpin sedemikian rupa. Ada juga kelalaian kita yang bisa dipakai Tuhan. Sampai pada titik ini kita lihat ada kedaulatan dan ada dinamika dari pekerjaan Tuhan. Itu sebab kita tidak kesulitan, “Kalau Allah berdaulat, berarti Allah yang mengendalikan sehingga saya tidak bisa berbuat apa-apa. Setiap langkah kaki saya pun Tuhan sudah tentukan, karena seperti ayat alkitab yang mengatakan bahwa sebelum saya berkata pun, Allah sudah tahu. Di satu sisi hal itu benar karena Allah berdaulat, tapi di sisi lain ada tempat untuk tanggung jawab manusia dan dinamika yang berlangsung. Allah berdaulat begitu luas. Dia tidak takut kita untuk melakukan  segala hal yang baik untuk tidak memuliakan Dia. Tangan yang baik, itu bisa untuk memuliakan Allah, sekaligus juga bisa untuk menghina sesama manusia. Ada kedaulatan Allah dan dinamika karya Allah. Bisa saja Maria dan Yusuf tidak masuk ke Betlehem, tapi pasti tiba ke Betlehem apapun caranya. Mungkin dipukul sedikit lalu terpelecok sedikit, tapi ada juga tanggung jawab mereka untuk sampai Betlehem. Taat atau tidak taat, tetap harus sampai Betlehem. Dalam kisah ini Tuhan pimpin dan mereka taat. Banyak aspek di luar kemampuan menalar kita karena keterbatasan kita, dan kita pun tidak ragukan Tuhan. Kita tahu ada hal yang kita tidak mengerti sepenuhnya, tapi kita pegang tangan Tuhan.

Setelah kita tahu ada kedaulatan dan dinamika karya Allah, apa yang kita bisa pelajari dari Maria dalam hal ini? Ada 2 aspek yang sangat indah dari pribadi Maria. Pertama, dia siap sedia (Lukas 1:38). Kedua, dia simpan dalam hati dan merenungkannya. Dia tidak sembarangan bicara, dia pikir dulu. Dia simpan, akumulasi, dan konstruksi. Dia siap resiko apapun, sekalipun belum tahu karena dia adalah hamba Tuhan yang taat dengan apa yang Tuhan suruh. Dia tahu Tuhan yang memberi mandat, Tuhan yang setia, pasti Tuhan yang akan memelihara. Ketika kita dipimpin Tuhan, ada halnya yang kita lewati relasi tertentu. Tuhan mau kita siap sedia, baik atau tidak baik waktunya. Dia menyiapkan hati untuk semua spontanitas yang Tuhan kerjakan. Banyak orang waktu menjadi hamba Tuhan, itu tidak pernah ada dalam daftarnya itu. Tuhan pimpin sedemikian, sehingga semua yang ada harus dilepas. Dengan taat, kita akan lihat kebaikan dan penyertaan Tuhan. Tuhan mau kita ikut dalam dinamika Tuhan dan Tuhan iringi. Memang sulit melayani, tapi harus tetap taat, Tuhan pasti pimpin. Orang yang bersedia yang bisa dipakai Tuhan. Kalau orang tidak bersedia, itu ada 1001 alasan. Biarlah kita siap hati dengan spontanitas yang Tuhan berikan.

Kedua, menyimpan dalam hati dan merenungkan. Banyak hal yang terjadi. Maria dikunjungi Gabriel, sensus pada kaisar Agustus, harus bersalin di Betlehem, pertemuan dengan Simeon dan Hana. Maria tidak mengerti secara tuntas, tapi dia bersedia. Dia tidak komplain dulu, tapi simpan dulu. Banyak orang yang berpapasan dengan hidup kita, banyak waktu yang kita lewati untuk hal-hal tertentu, banyak tempat yang kita kunjungi. Semua adalah bekal-bekal yang Tuhan berikan, baik itu pengalaman suka duka, senang atau tidak senang. Kita pikir itu Eben Haezer (Batu pertolongan), sampai di sini pun Tuhan masih menyertai, yang berarti Tuhan juga akan terus menyertai. Ada tempat untuk kita memikirkan lagi, “Tuhan mau saya agar lebih sabar/ lebih takut Tuhan/ lebih rendah hati.” Dalam Mazmur 88, pemazmur sedang dalam posisi sulit, tapi dia tetap cari Tuhan. Umumnya kita akan cari Tuhan kalau Tuhan memberikan jalan keluar. Umumnya kita ingin tahu, “Saya pegang Tuhan, apakah Tuhan memberikan kelancaran, jodoh atau usaha?” Kalau pun bisnis tidak lancar dan semua yang diharapkan tidak terjadi, apakah kita tetap mau pegang tangan Tuhan? Biarlah kita terus bersandar pada Tuhan.

*Ringkasan belum diperiksa pengkhotbah